BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Sumber daya manusia yang handal, bermutu
tinggi serta
siap pakai yang dapat bersaing dalam menjawab tantangan di masa mendatang
sangatlah dibutuhkan di zaman modern dan serba maju seperti sekarang ini. Terlebih lagi memasuki perkembangan dunia perindustrian dan fabrikasi yang berkembang pesat
dan cukup baik di negara kita. Untuk menjawab tantangan ini maka ilmu
dan teknologi yang diperoleh dalam perkuliahan tidaklah cukup. Karena para
mahasiswa juga membutuhkan suatu kegiatan praktek secara langsung untuk mengaplikasikan
ilmu
pengetahuan yang diperolehnya di
bangku perkuliahan. Maka melalui praktek kerja lapangan ini, mahasiswa dapat belajar secara langsung dan
juga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh diperkuliahan secara nyata. Praktek ini juga mengenalkan mahasiswa pada
pola kerja dan perilaku kerja professional di Industri sebagai
referensi pengetahuan sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
Atas dasar itu maka, dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini, Mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Pattimura telah menjalin hubungan kerjasama dengan PT. Grand
Kartech. Dimana PT. Grand Kartech adalah salah satu Perusahaan yang bergerak
di bidang Perancangan dan Fabrikasi
Pressure Vessel (bejana tekan). Jenis Pressure Vessel yang diproduksi di
perusahhan inipun beragam, baik yang bekerja secara vertical maupun horizontal
dengan tekanan yang berbeda-beda pula. Pressure Vessel hasil produksi PT. Grand
Kartech umumnya digunakan sebagai wadah penyimpanan fluida baik gas maupun
cairan yang bertekanan. Yang mana
merupakan salah satu aset penting dalam menentukan keberhasilan usaha produksi
suatu pabrik.
Salah satu
bagian terpenting dari pressure vessel / bejana tekan adalah shell yang
merupakan dinding atau badan dari bejana tekan tersebut. Sebagai bagian dari
bejana bertekanan, tentu saja shell harus diperhitungkan dengan baik karena
fungsi shell sendiri adalah sebagai dinding dari bejana tekan yang harus mampu
menahan segala bentuk gaya dan tekanan relatife besar.
Selain
faktor manufacturing, masalah lain yang sangat perlu diperhatikan dalam
pembuatan shell adalah masalah pengujiannya. Adapun pengujian yagn digunakan
untuk pengujian kekerasan shell adalah uji kekerasan brinell dan uji
radiografi.
Laporan ini menjelaskan
tentang perhitungan,
pembuatan dan pengujian shell salah
satu pressure
vessel yang diproduksi oleh PT. Grand Kartech
yaitu Test
Separator (V-1020), dimana untuk fabrikasi shellnya sendiri
menggunakan bahan plate SA 516 Gr 70, dan juga
rangkaian kegiatan yang telah dilakukan penulis berkaitan dengan Praktek Kerja Lapangan yang dijalani.
1.2.Permasalahan
Proses produksi ini dan pabrikasi boiler pada PT. Grand Kartech, terdapat berbagai masalah
yang dihadapi. Diantaranya meliputi, adanya keterbatasan material dalam proses produksi,
rusaknya sebagian mesin produksi, dan kurangnya pemahaman sebagian kecil para
pekerja tentang bekerja secara ekonomis ( dalam konteks waktu ). Adapun
material baku yang di gunakan lebih banyak menggunakan material yang di impor
dari luar sehingga menyebabkan proses produksi/fabrikasi berjalan lambat yaitu tidak sesuai dengan waktu yang di tentukan karena adanya
keterlambatan datangnya material.
Permasalahan lain yang juga dapat penulis tangkap dalam proses produksi ini adalah bagaimana mendapatkan suatu bentuk produk shell yang dibuat dengan
menggunakan material tipe pelat tertentu, sekaligus dapat berlangsung
berdasarkan dengan data teknis yang ada dan sesuai dengan standar ASME VIII
Division 1 edisi 2010. Pemeriksaan kondisi fisik material seperti ketidaklurusan
material, pemeriksaan permukaan
material serta pemeriksaan dimensi panjang, lebar dan ketebalan
haruslah dilakukan dengan amat teliti.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan laporan praktek kerja lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut:
·
Dapat menjelaskan proses fabrikasi shell dari
pressure vessel Test Separator (V-1020) 1219.2 mm ID x 3048 mm S/S.
·
Dapat melakukan perhitungan terhadap; pelat
pada kondisi awal, tebal shell, tekanan shell, tekanan kerja maksimum, beban
angin, umur dari silinder, tegangan kompresi pada shell dan getaran maksimum.
·
Dapat menjelaskan pengujian-pengujian yang
digunakan dalam proses fabrikasi shell antara lain uji kekerasan brinell dan
uji radiografi.
·
Dapat melaporkan rangkaian kegiatan yang telah
dilakukan penulis berkaitan dengan kerja Praktek yang dijalani, khususnya
berkaitan dengan proses fabrikasi shell
pada Pressure Vessel.
Laporan
ini hanya membahas tentang perhitungan, proses pembuatan dan pengujian shell salah
satu pressure vessel yang diproduksi pada PT. Grand Kartech yaitu Test
Separator (V-1020) dengan tekanan desain 82,737 Bar (1200 Psi), diameter bagian
dalam (ID) 1219,2 mm (48 inch) dan
panjang shell (S/S) 3048 mm (120 inch).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum
2.1.1 Bejana tekan (Pressure
Vessels)
Dalam beberapa industri dapat ditemui
aplikasi sains yakni merubah suatu material dari satu bentuk ke bentuk yang
lainnya baik secara kimia maupun secara fisika. Proses demikian membutuhkan
penanganan dan penyimpanan material-materialnya dalam suatu tempat, tergantung
sifat kimia dan fisika dari material tersebut, serta pelaksanaan yang
dibutuhkan untuk pembentukannya. Untuk penenganan fluida-fluida tersebut
membutuhkan tempat yang disebut Vessel.
Langkah pertama dalam mendesain vessel
adalah pemilihan tipe yang cocok untuk pelayanan proses yang diinginkan. Faktor
terpenting dalam pemilihan adalah lokasi dan fungsi vessel, sifat fluida,
temperature dan tekanan operasi serta proses.
Bejana
tekan (Pressure Vessels) adalah tempat penampungan suatu fluida baik
berupa cair maupun gas dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir,
pada umumnya sampai dengan 15.000 Psi. Dimana tekanan tersebut bisa lebih besar
dari tekanan udara luar bejana atau lebih kecil dari tekanan udara luar bejana
atau sering desebut dengan vacuum. Bejana tekan pada umumnya bekerja pada suhu
antara -3500 F hingga di atas 10000 F, dengan kapasitas
yang sangat besar hingga 95.000 gallon. Sehingga dapat pula digunakan sebagai
ketel uap (Boiler), alat pertukaran panas (Heat exchanger), Air
receiver, bejana penyimpanan fluida baik udara, maupun cairan.
Pressure
Vessels paling sering digunakan sebagai media penampung
fluida cairan, uap air, atau gas pada tingkatan tekanan lebih besar dari
tekanan udara. Pressure Vessels menampung suatu unsur yang digunakan
secara luas untuk berbagai aplikasi industri yang mencakup bahan kimia,
farmasi, makanan dan minuman, minyak dan bahan bakar, industri nuklir, dan
industri plastik.
2.1.2
Klasifikasi
Vessel (Bejana Tekan)
Bejana
tekan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan kontruksi dan
bentuk, ukuran dan penggunaannya. Akan tetapi jenis bejana tekan yang
diproduksi berdasarkan kontruksinya adalah jenis bejana tekan silinder Torispherical
head, yang digunakan sebagai Test Separator.
Pada umumnya Pressure
Vessel (Bejana Tekan) dapat digolongkan dalam beberapa bentuk, yaitu:
1.
Open tanks
2.
Flat bottomed,
vertical cylindrical tanks
3.
Vertical
cylindrical
4.
Horizontal
vessel
5.
Spherical vessel
Bentuk vertical
biasanya dipergunakan pada area yang sempit. Dan bentuk horizontal dipergunakan
jika tersedia area yang cukup luas, sedangkan bentuk bola biasanya digunakan
pada tempat yang memiliki fluktuasi temperature yang tinggi untuk
mengantisipasi efek-efek perpindahan panas.
Bejana tekan tersebut berbentuk layaknya
sebuah silinder atau tabung. Bejana tekan ini merupakan awal dari pembuatan
bejana tekan selanjutnya. Bejana tekan silinder dibagi lagi menjadi beberapa
jenis sesuai dengan bentuk head yang digunakan.
Adapun
bejana tekan yang digolongkan sesuai dengan bentuk Headnya antara lain :
·
Bejana Tekan Elipsoidal Head.
·
Bejana Tekan Torispherical Head.
·
Bejana Tekan Hemispherical Head.
·
Bejana Tekan Conical Head.
·
Bejana
Tekan Toriconical Head.
Macam-macam
bagian dan komponen pendukung bejana tekan yang sering terdapat dan yang sering
digunakan pada bejana tekan pada umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Shells
2. Heads
3. Flange
4. Katup
(Valve)
5. Stud
Bolt dan Gasket
6. Lifting
Lugs
7. Saddle
Plate
8. Lubang
Lalu Orang dan Lubang Pembersih
9. Pelat
Nama
Komponen-komponen tersebut terhubung menjadi satu kesatuan hingga
menjadi suatu bejana tekan. Adapun komponen tersebut terhubung satu dengan yang
lainnya dengan berbagai cara, ada yang dengan proses pengelasan (permanent)
atau dengan proses baut (dapat dibuka-pasang).
2.1.3
Fungsi
Shell Vessel
Shell adalah
berfungsi sebagai dinding dari bejana tekan. Pada proses pembuatan shell, biasanya
digunakan jenis bahan sesuai dengan kegunaan dari bejana tekan tersebut
saat di lapangan nanti.
Untuk jenis bahan yang diperlukan pada proses produksi shell
digunakan material tipe pelat SA 516
grade 70, yang merupakan suatu bentuk material standar baja Amerika dengan tipe/nomor 516 memiliki tensile strength atau
kekuatan tank sebesar 70.000 Psi dan tekanan material pada suhu -20 sampai 650°
F sebesar 17500 Psi. Tekanan desain (P) ditetapkan
sebesar 82.737 bar atau 1200 Psi dengan temperatur desain 150 °F.
Material tersebut memiliki jumlah unsur paduan khusus
< 8.0%. Baja tersebut merupakan paduan dari unsur
C-Mn-P-S-Si-Cb.
2.2
Teori Pengujian
2.2.1 Uji Kekerasan Brinell
Pengujian kekerasan digolongkan ke dalam kelompok pengujian untuk
melihat sifat mekanik
dari suatu material. Pengujian kekerasan biasa dilakukan setelah benda kerja mengalami beberapa pengerjaan yang mengakibatkan
perubahan terhadap beberapa struktur mikro
dari suatu bahan. Karena pada dasarnya kekerasan sebanding dengan kekuatan
tank sedang ketahanan aus berbanding terbalik dengan kekerasaan.
Karena
kekerasan mudah ditentukan maka cara pengujian ini sering digunakan untuk
pengendalian mutu pada proses-proses perlakuan panas, pembentukan dingin maupun
pembentukan panas. Bila nilai kekerasan merata, dapat
disimpulkan bahwa sifat-sifat mekaniknya
akan seragam pula.
Salah satu cara
pengukuran kekerasan adalah dengan metode Brinell. Pengujian Brinell digunakan
secara luas pada hasil-hasil pengecoran maupun penempaan. Pengujian
kekerasan Brinell menggunakan bola karbida berdiameter 10 mm atau 5 mm, sebagai penekan (indenter), yang diberikan gaya (beban = F) sebesar 500 sampai 3000 kg. Beban tersebut dipertahankan selama 10 -
15 second.
Untuk mendapatkan hasil pengujian yang baik, maka perlu
dipersiapkan benda uji dengan permukaan
yang akan diuji dihaluskan dengan gerinda, dan pembacaan diameter bekas penekanan (d) menggunakan kaca pembesar.
Untuk
menghitung kekerasan bahan, digunakan rumus HB sebagaimana tercantum pada gambar di atas. Pada alat penguji yang modern, pembacaan dapat
dilakukan langsung pada layar monitornya.
2.2.2
Uji Radiografi
Radiografi
adalah suatu pengujian tanpa merusak benda kerja, dalam hal ini shell. Dimana pada proses ini menggunakan sinar X atau
sinar γ yang mampu menembus hampir
semua logam kecuali Timbal dan material padat lainnya sehingga dapat digunakan untuk melihat cacat atau ketidaksesuaian
dibalik dinding metal atau didalam bahan
metal itu sendiri.
Sinar X berasal dari arus listrik yang bertegangan
antara 100 - 500 K volt Peak. dimana sinar X dapat
dikendalikan dengan mengatur besar kecilnya arus. Demikian juga pengarahannya sangat terfokus sehingga radiasinya
tidak menyebar kemana-mana.
Sebaliknya pada sinar gamma (y) yang merupakan sinar jenis
penyinaran yang dilakukan pada
bejana tekan yang dibahas, berasal dari Zat radioaktif seperti iridium 192 yang
biasa dikenal dengan isotop, pada saat melakukan proses penyinaran sinar radiasinya menyebar kesegala arah
sebagaimana sinar matahari, Sehingga untuk mernfokuskannya hams dimasukkan kedalam kemasan khusus yang terbuat dari
timbal atau uranium yang lazim
disebut dengan kamera dengan bukaan tertentu. Dari bukaan inilah seberkas sinar radioaktif γ terpancar dan kemudian dimanfaatkan untuk pengujian pada benda kerja. Pada prakteknya jarak yang
biasa diambil antara sumber penyinaran
dengan benda kerja pada saat penyinaran berlangsung ialah 40 inci atau setara
dengan 1,016 m.
Pada fabrikasi Shell sendiri teknik radiografi adalah
untuk mendeteksi cacat-cacat konstruksi dan material akibat bawaan dari asli,
pengaruh pekerjaan las serta akibat dari pengoprasian
peralatan.
Khususnya didunia pengelasan, teknik radiasi sangat
dominan dalam menentukan mutu atau kualitas
dari suatu sambungan las, sekaligus menentukan batasan-batasan penerimaan dan penolakan suatu produk.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu
dan Tempat Penelitian
1.
Waktu
Penelitian di mulai pada tanggal 10 September sampai dengan 29 November 2012.
2.
Tempat
Penelitian Praktek Kerja Lapangan di laksanakan di PT. Grand Kartech Rawabali
dan PT. Prima Jabar Steel, dimana keduanya terletak di Pulo
Gadung Industrial Estate, Jakarta-Indonesia, dan di
PT. Grand Kartech Karawang yang terletak di Kawasan Industri Surya Cipta,
Karawang-Indonesia.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel
yang diteliti pada laporan ini yaitu shell pada pressure vessel (tangki bejana
tekan).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian adalah workshop PT. Grand Kartech.
2.
Sampel
Berdasarkan populasi di atas, maka yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah PT. Grand Kartech, berupa tangki bejana tekan yaitu Test Separator.
3.3
Metode Pengumpulan Data
Penulisan
dalam laporan Praktek Kerja Lapangan ini menggunakan metode-metode pengambilan data sebagai
berikut :
1.
Observasi
Metode pegumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan dan pelaksanaan kerja secara langsung di PT.Grand Kartech.
2.
Interview
Dilaksanakan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung
dengan pembimbing lapangan serta
karyawan-karyawan bagian Kontruksi , welder , dan machining.
3.
Studi Pustaka
Metode
pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku kuliah, pencarian
data tambahan melalui internet dan panduan manual serta berkas-berkas lain yang
disediakan di Enginering Document pada PT Grand Kartech.
3.5 Metode Analisa Data
Data
yang telah dihimpun atau diperoleh dalam kegiatan praktek kerja lapangan
kemudian dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengelompokan data, yaitu pengumpulan beberapa
bahan dan pernyataan yang saling berkaitan.
2.
Reduksi
data yaitu menganalisis data-data kasar yang muncul dari percatatan lapangan
secara keseluruhan kemudian diberikan penilaian sesuai dengan tema, untuk
mencari bagian-bagian yang saling terkait agar lebih sederhana.
3.
Verifikasi
data yaitu menafsirkan dan mengelompokkan semua data supaya tidak terjadi
tumpang tindih dan kerancuan karena perbedaan.
BAB
4
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Perhitungan
4.1.1
Perhitungan Pelat Pada Kondisi Awal
Data teknis awal yang didapat dari pihak costumer adalah
tekanan desain = 82.737 bar (1200 Psi) dan diameter bagian dalam (d) = 48 inci
≈ 1219.2 mm, atau r ≈ 609.6 mm (24 inci). Jika pelat tersebut dilakukan proses
pengerolan, maka tinggi silinder (h) merupakan lebar dari pelat (L). Dengan
demikian panjang dari pelat tersebut adalah :
ð P x L = 2 x π x r x h
P x 1219.2 = 2 x 3.14 x 609.6 x 1219.2
P
=
P
= 3828.288 mm
Volume atau isi (V) dari satu buah silinder (pemisah
bagian dalam bejana diabaikan) adalah :
ð V = π x
x h
= 3.14 x
x 1219.2
= 1422638373 mm3 = 1.42 m3
Maka volume (V)
untuk dua buah shell pembentuk silinder adalah :
V = 2 x
1.42 m3 = 2.84 m3
4.1.2
Perhitungan Pada Silinder Shell
Circumferential joint atau longitudinal stress (S1)
dan longitudinal joint atau circumferential stress (S2) merupakan tipe sambungan dan jenis tekanan yang terjadi pada daerah shell.
a.
Tebal (t) Shell
Pada Dimensi Bagian Dalam
Berdasarkan tabel standar maka tebal rim dan tebal
minimal untuk dimensi bagian dalam atau pada daerah longitudinal joint (circumferential
stress) dengan tekanan desain sebesar 1200 Psi, jari-jari dari diameter
bagian dalam ½ ID = 24 inci, nilai tekanan untuk material SA 516 Gr 70 dengan
temperatur kerja sampai 650oF = 17500 Psi sesuai pada tabel. , Efficiency kerja = 1, dan CA (Corrosion Allowance) maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
tr =
P = 1200 Psi
R = 24 inci
S = 17500 Psi
E = 1
Maka :
tr =
= 1.716
inci ≈ 43.586 mm
Sehingga
tebal minimal (tm) dari
shell untuk dimensi bagian dalam, adalah :
tm =
+
CA
tm =
+
0.125 = 1.841 inci ≈ 46.76 mm
maka
digunakan pelat dengan tebal tm = 1.8 inci ≈ 45.72 mm ≈ 45 mm
b.
Tekanan Shell Pada
Dimensi Bagian Dalam
Untuk tekanan kerja rim yang diijinkan (P) dan tekanan kerja maksimum yang
diijinkan (Pa) untuk shell
berdasarkan dimensi bagian dalam atau pada bidang longitudinal joint (circumferential
stress) adalah :
P =
P =
= 1199.78 Psi ≈ 0.84 kg/mm2
Sehingga tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pα) untuk dimensi bagian dalam adalah :
Pα =
Pα =
= 1255,981
Psi ≈ 0.88 kg/mm2
c.
Tebal Shell Pada
Dimensi Bagian Luar
Tebal rim (tr)
dan tebal minimal (tm)
pada dimensi bagian luar atau pada daerah circumferetial
joint (longitudinal stress)
adalah :
tr =
tr =
=
1.66 inci ≈ 42.164 mm
Dimana R ( jari-jari ) yang digunakan adalah
ð R =
=
= 24.9 inci ≈ 632.46 mm
Sedangkan tebal minimal (tm) untuk dimensi bagian luar atau pada daerah circumferential joint (longitudinal stress) adalah :
tm =
+
CA
tm =
+ 0.125
=
1.66 + 0.125 = 1.785 inci ≈ 45.339 mm
Dimana CA adalah Corrosion
Allowance.
d.
Tekanan Shell Pada
Dimensi Bagian Luar
Tekanan kerja rim yang diijinkan (P) dan tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pα) untuk shell berdasarkan dimensi bagian luar atau pada bidang circumferential joint (longitudinal stress) adalah :
P =
P =
= 1198.63 Psi ≈ 0.84 kg/mm2
Sehingga tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pα) pada shell berdasarkan dimensi
bagian dalam atau bidang circumferential
joint (longitudinal stress)
adalah :
Pα =
Pα =
= 1291.55 Psi
≈ 0.91 kg/mm2
e.
Tekanan Kerja
Maksimum (Pα) dibawah Tekanan Kerja
Eksternal
Pα =
·
B =
Dimana A =
A =
A =
9.036 x 10-3 = 0,00904
Jadi nilai B
dapat dicari :
B =
=
122040 Psi
·
Do adalah diameter
luar dapat dirumuskan sebagai berikut :
Do = ID + tm
= 48 + 1.8
= 49.8 inci
Ro =
= 24.9 inci
Maka tekanan
kerja maksimum dibawah tekanan kerja eksternal (Pα) adalah :
Pα =
=
=
Pα = 5881.45 Psi ≈ 4.14 kg/mm2
f.
Tekanan Kerja
Maksimum dengan Faktor Keamanan (Pfs)
Karena shell tersebut termasuk kedalam golongan gerak
dinamis yang mempunyai faktor keamanan (dinamis
1 = 5 – 8),
maka tekanan kerja maksimum dengan memperhatikan faktor
keamanan (Pfs) adalah :
Pfs =
=
Pfs = 750
Psi ≈ 0.527 kg/mm2
g.
Tekanan pada Daerah
Pengelasan (S1, S2)
Untuk tekanan kerja maksimum (Pα) yang terjadi didalam shell harus lebih kecil dari tekanan
pada daerah pengelasan (S1)
dan (S2), dimana Dc adalah diameter antara ( mean
diameter) dari shell, besarnya S1 adalah : ( P = 1200 Psi ; tn = 1.8 inci )
Dc =
=
Dc = 48.9 inci
Maka :
ð
S1 =
=
S1 =
= 8150
Psi ≈ 5.73 kg/mm2
ð
S2 =
=
S1 =
= 16300
Psi ≈ 11. 46 kg/mm2
Dimana
S1 ≥
Pa ≤ S2
Pengujian terhadap kemungkinan terjadinya suatu kegagalan
dalam suatu silinder shell yang
dikarenakan tekanan yang berlebihan adalah dengan cara perbandingan antara
kemungkinan shell terjadi pecah pada
daerah circumferential joint (S1)
dan shell mengalami patah / belah
pada daerah longitudinal joint (S2),
dengan S adalah harga regangan pada material (17500 Psi). Dimana kemungkinan terbesar shell untuk mengalami
kerusakan adalah pada daerah S1
atau shell akan mengalami pecah. Kekuatan dari tegangan pada S2 tersebut dapat mengikuti
persamaan :
Pada S1
: π x R2 x P = 2 x π x R x t x S
R x P = 2 x t x S
S
=
Sedangkan pada S2 : 2 x π x R2 x P x L
= 2 x π x R x t x S x L
R
x P = t x S
S
=
Dengan demikian tekanan pada S1 adalah 2 x S2 , sehingga
kemungkinan terbesar jika shell
terkena tekanan yang berlebihan maka shell
akan mengalami pecah (S1).
4.1.3
Beban Angin (Pw)
Dengan mengamsumsikan shell siap pakai dengan kondisi
lapangan adalah laut dengan percepatan angin rata-rata sebesar 17.25 mph (www.BMG_sysadn@bmg.go.id) maka beban angin atau Pw (psf) yang terjadi
pada shell adalah sebesar :
Pw = 0.0025 x 17.252 = 0.74 psf = 0.005 psi ≈
3,5 x 10-6 kg/mm2
4.1.4
Umur Silinder Shell
Perhitungan umur shell didasarkan pada pemakaian shell
dengan ketebalan awal 1.75 inci. Dengan anggapan dalam 24 tahun pemakaian akan
mengalami penurunan ketebalan sebesar 0.18 inci, akan tetapi jika pemakaiannya
dilanjutkan untuk 3 tahun kedepan, maka shell akan mengalami penurunan
ketebalan sebesar 0.26 inci (Anthony l. Kohan, Hal.334). Sama halnya dengan
pelat yang memiliki ketebalan 2.785 inci, berdasarkan referensi diatas dalam 24
tahun pertama akan mengalami penurunan
ketebalan menjadi 2.605 inci. Untuk 3 tahun kedepan akan mengalami
penurunan ketebalan hingga tebal dari shell
tersebut menjadi 2.345 inci. Dengan demikian umur dari shell tersebut adalah :
Long – term
corrosion rate,
Inches per year =
= 0.018
inci/year = 0.46 mm/year
Present corrosion
rate,
Inches per year =
= 0.087
inci/year = 2.21 mm/year
Maka
ketebalan yang diijinkan sebelum ketebalan minimum dicapai dari ketebalan shell
awal sebesar 1.8 inci atau 45.72 mm adalah :
t = 2.345 – 1.8 = 0.545 inci = 13.843 mm
Sehingga
umur dari shell tersebut berdasarkan dengan ketebalan diatas adalah :
Umur Shell
=
= 6.3 years
4.1.5
Tegangan Kompresi (Sk)
Pada Shell
Untuk tegangan kompresi (Sk) yang terjadi pada shell, dimana (c = mean diameter)
adalah sebesar :
Sk =
=
Sk = 2219.27
psi ≈ 1.56 kg/mm2
4.1.6 Analisa
Kalkulasi Cutting Plate Untuk Shell
Rumus untuk menghitung panjang bentangan
plate yang akan dipotong (cutting plate) adalah sebagai berikut:
1. Untuk
Shell-1 dengan dimensi sebagai berikut :
·
Diameter Dalam (ID) = 1219
mm
·
Tebal Plate (Thickness) = 45
mm
·
= 3.14
·
Lebar Plate = 1828 mm
Penyelesaian:
Panjang Bentangan Plate = ID + (
Thickness x 3.14 )
= 1219
+ ( 45 x 3.14 )
= 1360.3
mm
Untuk Gambar Cutting Platenya, dengan Ukuran plate
SA 516 Gr 70 yang tersedia pada gudang workshop PT. Grand
Kartech dengan dimensi sebagai berikut :
Panjang x Lebar = 6069 x 1829 dalam satuan millimeter (mm)
2. Untuk
Shell-2 dengan dimensi sebagai berikut :
·
Diameter Dalam (ID) = 1219
mm
·
Tebal Plate (Thickness) = 45
mm
·
=
3.14
·
Lebar Plate = 1220
mm
Penyelesaian:
Panjang Bentangan Plate = ID + (
Thickness x 3.14 )
=
1219 + ( 45 x 3.14 )
=
1360.3 mm
Untuk
Gambar Cutting Platenya, dengan Ukuran plate SA 516 Gr 70 yang tersedia pada
gudang workshop PT. Grand Kartech dengan dimensi sebagai berikut : Panjang x
Lebar = 6069 x 1829 dalam satuan millimeter (mm)
4.2
Proses Produksi (Proses Fabrikasi)
Proses pembuatan tangki dimulai dengan
memilih bahan baku. Untuk tangki bertekanan tinggi (tangki bejana tekan)
diperlukan material plat yang lebih tebal karena membutuhkan kekuatan yang
tinggi untuk menahan gaya dari tekanan tangki tersebut, sedangkan tangki air
dibuat dari material plat yang lebih tipis.
Pertama-tama pembuatan ballfront (head vessel). Pembuatan ballfront (head vessel) dengan
menggunakan mesin press hydraulic untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan
kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan bibir ballfront dengan mesin bending.
Proses sandblast dilakukan pada tangki yang sudah jadi untuk membersihkan
tangki dari karat dan kotoran-kotoran yang melekat.
Setelah tangki benar-benar bersih,
kemudian dilakukan proses pengecatan sesuai dengan warna standar jenis tangki.
Untuk bagian dalam tangki dilakukan pengecatan dengan epoxy coating, sedangkan untuk bagian luar dilakukan pengecatan
dengan air spray.
Dengan melihat proses pembuatan tangki
diatas, maka dapat diketahui bahwa sangat disesalkan apabila terjadi kerusakan
atau kebocoran pada waktu dilakukan pengujian akhir pada pressure vessel
tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya dilakukan analisa terlebih dahulu apakah
bahan yang digunakan cukup untuk menahan tekanan dari fluida yang terdapat di
dalam tangki atau tidak. Dengan melakukan analisa terlebih dahulu, akan
mengurangi kerugian yang dapat ditimbulkan.
4.2.1
Sequence / Urutan
Fabrikasi
Adapun urutan
fabrikasinya adalah sebagai berikut:
1.
Pre Fabrikasi
a)
Prepare
atau persiapan material atau alat-alat yang akan digunakan
b)
Marking
atau proses pengukuran plate
c)
Cutting
atau pemotongan plate sesuai dengan ukuran yang telah di marking
d) Rolling Plate
adalah proses dimana plate dibentuk atau dirolling menjadi berbentuk lingkaran
e)
Machining
adalah
proses dimana material-material yang dibutuhkan ada yang harus dibor,
dibubut,atau difrais dll.
2.
Assembly
a)
Setting
adalah proses dimana Quality Control (QC) bekerja memeriksa dan mengukur ukuran
lingkaran plate sesuai diameter yang diinginkan, penempatan pipa, nozzle dan
lainnya sesuai dengan yang ada pada gambar perojek, setelah itu akan dilubangi
dan dilanjutkan dengan proses pemasangan.
b)
Welding
atau proses pengelasan, baik itu proses pengelasan shell, pengelasan nozzle
flange atau pipa-pipa, dan Leg Support atau kaki tangki.
c)
NDT (Non Destrtructive Testing) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda
untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak
benda yang kita tes atau inspeksi. Apabila terdapat cacat
maka akan disetteing kembali. Dalam proses ini terdapat:
·
Liquid
Penetrant Test yaitu proses pengetesan untuk
mengetahui kualitas pengelasan
·
Leaktest
yaitu proses pengisian air pada tangki sampai penuh untuk mengetahui kualitas
tangki, apakah mengalami kebocoran atau tidak.
·
Radiographic Inspection yaitu Pemeriksaan radiografi dan X-ray merupakan metode NDT yang mendeteksi cacat dalam bahan oleh penetrasi foto energi tinggi.
·
Pengujian Ultrasonik (UT) menggunakan
energi surya berfrekuensi tinggi untuk melakukan pemeriksaan dan membuat pengukuran.
·
Visual Test yaitu proses pengetasan tanpa
menggunakan alat apapun hanya dengan mata telanjang saja.
d) Hydrostatic Test ialah pengujian dengan tekanan tertentu
dengan menggunakan media air sebagai pengujinya.
3.
Finishing
a)
Blasting
Painting atau proses pengecatan pada dinding shell
b)
Packing
– projek siap dikirim
4.2.2 Hal Yang Perlu
Diperhatikan Dalam Pembuatan Bejana Tekan
1.
Pengaruh Korosi
Korosi merupakan salah
satu penyebab utama kerusakan pada bejana tekan. Hampir semua logam dan
paduan-paduannya yang berhubungan dengan udara atau medium lain yang
mengelilinginya, secara bertahap akan mengalami perusakan, dimulai dari
permukaannya. Peristiwa perusakan permukaan logam secara bertahap yang disebabkan
oleh media yang mengelilinginya ini disebut korosi. Jadi, korosi adalah reaksi
kimia atau elektrokimia antara suatu logam dengan media disekitarnya yang
mengakibatkan perusakan. Cepat atau lambatnya reaksi perusakan ini terutama
tergantung pada 3 faktor yaitu; sifat kimia dari logam atau paduan itu sendiri,
sifat kimia dari media yang mengelilinginya dan temperature media tersebut.
2.
Faktor Keamanan
Factor keamanan
digunakan karena tidak ada proses menufaktur yang bisa menjamin 100 % kualitas.
Setiap bejana tekan harus memiliki factor keamanan. Factor keamanan digunakan
untuk memperhitungkan ketidakpastian atau bisa dikatakan ketidaksempurnaan
dalam material, peracangan dan fabrikasi. Yang dimaksudkan dengan
ketidakpastian dalam material bisa
termasuk diskontinuitas yang terjadi pada material. Ketidakpastian dalam
perancangan bisa berarti ketidakmampuan untuk memperhitungkan berbagai
konsentrasi tegangan yang terjadi. Ketidakpastian dalam fabrikasi bisa meliputi
ketidakmampuan untuk mendeteksi sambungan-sambungan las yang kurang baik.
Factor keamanan dirumuskan:
N =
Atau dapat juga dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
N =
Dimana:
·
N = factor keamanan
·
= yield point atau tegangan luluh material
·
= tegangan ultimate (ultimate strength) dari
material
·
S = tegangan maksimum
yang diijinkan pada konstruksi pressure vessel
4.3
Pengujian
4.3.1
Uji Kekerasan Brinell
Pengujian kekerasan Brinell yang dilakukan pada pelat shell bertujuan untuk mengetahui nilai
dari kekerasan awal terhadap bagian dari pelat shell yang sudah terimbas panas
dikarenakan beberapa proses fabrikasi yang telah berlangsung.
Dengan beban 3000 kg dan bola baja yang berdiameter 10
mm, bola tersebut ditekankan ke pelat shell
dengan beban mula yang ada dan tertentu. Seiring dengan kenaikan beban yang
diberikan terhadap bola baja tersebut, maka nilai kekerasan pada layar dibaca,
yaitu selisih dari kedalaman yang ditimbulkan oleh beban akhir terhadap beban
mula.
Jika nilai kekerasan hasil pengujian dari penekanan bola
tersebut masih di atas 225 Brinell
Hardness Number (BHN), maka penghilangan regangan dianggap masih belum
sempurna dan harus diulang lagi. Minimal dibawah atau sama dengan 225 BHN. Bila
nilai kekerasan merata, maka dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat mekanikanya
akan seragam pula.
Nilai
kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan BHN (Brinell Hardness Number)
yang dihitung berdasarkan diameter indentasi dengan persamaan sebagai berikut :
BHN
= 2P/[(πD){D – (D2 – d2)1/2}]
Dimana :
-
P = Gaya tekan (Kg)
-
D = Diameter bola indentor (mm)
-
d = Diameter indentasi
dalam mm
4.3.2
Uji Radiografi
Tujuan dari pengujian yang dilakukan adalah untuk
mendeteksi cacat-cacat konstruksi dan material bawaan dari asli dan khususnya
akibat dari pengaruh pekerjaan las.
Sehingga dapat ditentukan apakah hasil dari lasan tersebut dapat
diterima atau ditolak. Apabila benda kerja ditolak, maka benda kerja tersebut
dikembalikan pada bagian pengelasan.
4.4
Waktu Produksi / Produk
Waktu produksi per produk menjelaskan tentang jumlah
waktu dan man power yang dibutuhkan
untuk membuat sebuah shell dimana pada dasarnya memberikan gambaran tentang waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan sebuah shell
dan waktu total yang dibutuhkan dalam
sebuah tahapan pengerjaan. Total waktu pengerjaan shell diperkirakan: 81 jam.
Terima kasih gan. sangat membantu
BalasHapusuntuk perhitungan simple bothemnya gmn gan?
BalasHapus